Pelajar keren: Kelola sampah, selamatkan lingkungan

Dalam kehidupan kita sehari-hari tak jauh dari namanya event ataupun kegiatan.

Dalam beberapa event yang ada, besar kecilnya event yang ada pasti menghasilkan sampah dan sudah menjadi tradisi dan kebiasaan yang kurang baik ketika setelah event meninggalkan banyak sampah, hal ini tentu menjadi tanggung jawab bersama bukan hanya untuk penyelenggara/event organizer (EO), walaupun untuk menyadarkan semua unsur itu tidak mudah.


Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai organisasi sosial terus bergerak melakukan kampanye lingkungan yang merupakan salah satu aksi yang termaktub dalam isu strategis IPM yaitu Gerakan Ekologi.


Penulis merasa di dalam setiap event yang di laksankan oleh IPM, sedikit banyak nya sudah di pastikan memakai plastik karena sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging plastik di buang begitu saja.


Jika mendasarkan pada genealogi isu ekologi dalam IPM, maka gerakan advokasi lingkungan harus terhubung dengan misi teologi pembebasan dan semangat pendidikan pembebasan.


Melalui Tanfidz Muktamar IPM di Sidoarjo, Student Earth Generation (SEG) adalah salah satu bentuk agenda aksi dari konservasi ekologi yaitu membentuk pelajar untuk peduli pada aksi-aksi bidang lingkungan. Bentuk aksi dari Student Earth Generation  ini dapat fleksibel sesuai dengan ranah masing masing. 

Dimulai dari gerakan paling ringan yaitu memisahkan, mendaur sampai menjadi barang yang siap guna. Student Earth Generation  ini pula tidak hanya berhenti pada tahapan sampah saja namun pada persoalan lingkungan. Realitas sosial yang terjadi di lingkungan kita telah banyak mengalami kerusakan.


Sudah sepatutnya setiap perencanaan suatu event dapat diselenggarakan dengan menerapkan sistem Zero Waste, lalu apa itu sistem Zero Waste?


Konsep Zero Waste ini salah satunya dengan menerapkan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle). Penerapan program Zero Waste dapat memberikan kontribusi dalam pemeliharaan lingkungan, yaitu dengan cara meminimalisir bahkan menghilangkan pembuangan sampah ke alam semesta dengan cara pengolahan kembali, konsep Zero Waste Event mulai dikembangkan di Indonesia oleh YPBB sejak tahun 2007. 


Saat orang pertama kali mendengar “zero waste”, reaksi yang paling sering terdengar adalah “mana mungkin, nggak akan bisa hidup tanpa membuat sampah”. Dan memang benar, di society kita memang tidak mudah untuk tidak membuat sampah. Tidak mudah menemukan makanan tanpa plastik di supermarket walaupun itu sayur dan buah. Kita semua adalah bagian dari aliran limbah ekonomi. Banyak miskonsepsi yang terjadi mengenai Zero Waste Lifestyle yang membuat orang yang mendengar kata itu bertanya-tanya dan bahkan berubah menjadi pesimis.


Zero Waste adalah filosofi yang dijadikan sebagai gaya hidup demi mendorong kita untuk bijak dalam mengkonsumsi dan memakismalkan siklus hidup sumber daya sehingga produk-produk bisa digunakan kembali. Zero waste juga soal menjauhi single use plastic atau plastik yang hanya digunakan sekali. Tujuannya adalah agar sampah tidak dikirim ke landfill. Jadi zerowaste itu tidak hanya mengenai recycle atau mendaur ulang. Ini miskonsepsi yang umumnya terjadi. Padahal sebenernya zero waste itu dimulai dari Refuse, Reduce, and Reuse. Saat benar-benar sudah tidak memungkinkan untuk 3 hal tadi, baru dilakukan Recycle dan Rot.


Intinya Zero Waste menantang kita semua untuk mengevaluasi gaya hidup kita dan melihat bagaimana sesuatu yang kita konsumsi bisa berdampak negatif terhadap lingkungan. Kenyamanan yang berbentuk dengan produk murah, material yang tidak bisa didaur ulang merusak kesehatan planet kita dan berkembangnya manusia dan spesies hewan di seluruh dunia. 


Dengan menerapkan konsep ini tentu kedepanya kita menjadi corong gerakan dalam merawat lingkungan.


Penulis

Asrianto Rajab