IPM MASSIKOLA: Sekolah Dengan Kearifan Lokal Sulawesi Selatan

Oleh : Lia Asmira (Sekretaris PIP Pimpinan Wilayah IPM Sulawesi Selatan)

IPM Massikola adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh PW IPM Sulawesi Selatan di awal tahun 2023, tepatnya di tanggal 13 – 15 Januari 2023. Sebuah konsep kegiatan sekolah 4 bidang yang dikemas dengan nama yang unik “Massikola”. Dalam bahasa Bugis, “Massikola” berarti pergi ke sekolah.

Bukan tanpa sebab mengapa nama “Massikola” ini diambil sebagai nama kegiatan. IPM Massikola sebagai wadah bagi pelajar dalam mengembangkan khazanah keilmuan. IPM  Massikola sebagai bentuk interpretasi dari spirit belajar dan agenda aksi PW IPM Sulawesi Selatan yang mengedepankan spirit keilmuan.

Terdapat 4 kegiatan bidang atau sekolah yang termasuk dalam IPM Massikola, yakni Sekolah Riset yang merupakan program kerja bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan, Sekolah Ekologi yang merupakan program bidang Lingkungan Hidup, Sekolah Manajemen Dakwah yang merupakan program bidang Kajian Dakwah Islam, dan Sekolah Seni Budaya yang merupakan program kerja bidang Apresiasi Seni Budaya dan Olahraga.

Sebuah nama yang cukup melokal dengan konsep kegiatan yang mengglobal, IPM Massikola yang diselenggarakan di Kabupaten Bulukumba memperkenalkan konsep pelatihan atau sekolah yang inklusif dan menyenangkan. Konsep sekolah 4 bidang yang masing-masing dikemas dengan apik oleh fasilitator-fasilitator hebat dari Pimpinan Wilayah IPM Sulawesi Selatan dan beberapa arahan dari orang-orang yang expert dibidangnya.

 

1.      Sekolah Riset

Sekolah riset merupakan salah satu program kerja dari bidang PIP PW-IPM SULSEL. Di dalam kegiatan sekolah riset, peserta diberi pelatihan untuk mengolah data dan diharapkan membuka cakrawala riset pelajar IPM SULSEL sambil bermain. Tidak sekedar riset, pelajar juga diharapkan dan dilatih untuk mengasah kemampuan menulisnya dan kemampuan public speakingnya dengan mengekspresikan akar permasalahan yang diriset melalui pertunjukan. Hal tersebut dimaksudkan agar pelajar semangat dan tidak kaku terkait asumsi ilmiah. Ulasan materi yang disampaikan oleh pemateri langsung dipraktikkan di forum ilmiah.

 

Output dari sekolah riset ini, para peserta telah melakukan launching buku dalam kurun waktu kurang dari 2 hari dari karya setiap peserta, yang mana para peserta berasal dari berbagai kalangan pelajar. Alumni sekolah riset inilah yang menjadi cikal bakal pengurus LAPSI PW-IPM SULSEL yang akan menjadi wadah untuk mengekplorasi potensi riset kader dan menjadi sumber data.  

 

Tentu keberhasilan sekolah riset tak luput dari tangan-tangan fasilitator handal dari bidang PIP. Resky Nuralisa sebagai master of training, lalu Lia Asmira, Imran Nur, Sucipto dan Anggun Anisah sebagai Fasilitator. Dan ada coach Kak Lapimen yang sudah sangat terkenal di Sulawesi Selatan dengan spirit literasinya membangun Penerbit Subaltern.

 

 

 

 

2.      Sekolah Ekologi

Sebagai bidang baru di IPM, Bidang Lingkungan Hidup PW IPM Sulawesi Selatan melakukan pelatihan ekologi yang dikemas dalam bentuk sekolah dengan tujuan untuk mengorientasikan dan mengedukasi kader ipm se sulsel seputar lingkungan. Output dari kegiatan ini adalah  melahirkan volunteer Lingkungan Hidup  sehingga dapat menginisiasi kegiatan Lingkungan Hidup di setiap daerah di Sulawesi Selatan. Tidak hanya itu, semoga setiap daerah mampu membentuk bidang Lungkungan Hidup sebagai upaya berpartisipasi dalam keadilan iklim.

 

Cukup banyak fasilitator yang bergabung dalam kegiatan ini, termasuk mentor kita kak Iwan Dento yang merupakan Tokoh Nasional Pejuang Advokasi Karst di Sulawesi Selatan. Sangat menarik sekolah ekologi ini karena di hari kedua, Hamdika Hatta dan kawan-kawan fasilitator mengajak peserta untuk berkeliling pantai di Bulukumba dan melakukan plogging sampai membuat ecobrick.

 

3.      Sekolah Manajemen Dakwah

Sekolah dakwah yang kemudian di gelar selama 3 hari di Universitas Muhammadiyah Bulukumba merupakan bentuk spirit dakwah dalam mengembangkan dan menjadikan ipm sebagai rumah da’i yang inspiratif, menggembirakan dan mencerahkan, da’i yang mampu mengenal serta memahami karateristik mad’u kontemporer.

 

Kegiatan ini menghadirkan sejumlah pimpinan daerah sesulsel yang di wakili sebanyak 15 peserta dari penjuru sulawesi selatan dengan fasilitator berjumlah 5 orang. Kegiatan ini di design dalam bentuk pembelajaran interaktif, diskusi dan juga praktek dalam memahami dan mengimplementasikan dakwah yang bersifat kontemporer atau dapat disebut sebagai dakwah virtual.

 

Output dalam kegiatan yakni menghadirkan aksenstuator dakwah yang bersifat inspiratif dan kontras dengan nilai keislaman muhammadiyah baik di kehidupan sehari2 maupun dalam dunia digital atau dapat di sebut sebagai kesalehan digital dimedia sosial. Adapun harapan Ilham Sandewa dan kawan-kawan bidang Kajian Dakwah Islam (KDI) selaku penanggung jawab sekolah dakwah adalah menggandeng sejumlah pimpinan daerah untuk lebih giat menjadi pelaku dakwah di media sosial yanh ditandai dengan munculnya platform dakwah tersendiri dan dikelola secara intens dan massif, selain itu hasil akhir dari kegiatan ini juga memunculkan Silabus Imamah Of Training diperkaderan muhammadiyah sebagai gerakan awal membangun generasi kenabian dimulai dari perkaderan ikatan pelajar muhammadiyah

 

4.      Sekolah Seni Budaya

Sekolah Seni Budaya merupakan program kerja bidang Apresiasi Seni Budaya dan Olahraga (ASBO) PW IPM Sulawesi Selatan, untuk mengembangkan dan menebar dakwah secara kultural. Tidak dapat dipungkiri bahwa proses pendekatan dakwah seperti itu sangat diterima di masyarakat pada umumnya dan pelajar khususnya. Kegiatan ini juga memudahkan untuk melihat minat dan bakat para kader untuk kemudian bisa menggarap atau menghadirkan media atau wadah sehingga para pelajar bisa mengaktualisasikan minat dan bakatnya.

Kegiatan ini kami rancang dengan metode pembelajaran interaktif, diskusi dan praktik serta studi kasus, dan kegiatan telusuri jejak budaya. Outputnya yaitu setelah kegiatan ini terlaksana Insya Allah akan ada pembentukan lembaga Seni budaya serta kedepannya dapat terbentuk Forum – forum pelaku seni – budaya di kalangan pelajar, di samping hal tersebut juga sebagai stimulus munculnya komunitas seni – budaya di kalangan pelajar, terkhusus nya Pelajar Muhammadiyah untuk memperlebar sayapnya dalam Artian lebih inklusif (Terbuka).

 

Kegiatan super keren yang bahkan sampai mengunjungi kawasan adat kajang dalam (Ammatoa) ini dinahkodai oleh fasilitator Ahmad Sulthoni, Dani Rahmat dan kawan-kawan.