Kasus kekerasan seksual di lingkungan pesantren bukan sekadar tragedi individu, tetapi cerminan dari kebobrokan sistemik yang terlalu lama dibiarkan. Luka yang ditanggung santriwati adalah bukti nyata betapa ruang yang seharusnya menjadi tempat menuntut ilmu dan tumbuh dalam iman justru berubah menjadi ruang trauma dan ketakutan. Setelah kita membahas luka itu dan tanggung jawab kolektif kita, kini saatnya membicarakan satu hal yang sering dihindari: **konsekuensi tegas bagi pelaku.**
Kita tidak bisa terus-menerus terjebak dalam retorika perlindungan institusi dengan dalih menjaga nama baik lembaga. Nama baik tidak dibangun dari menyembunyikan kebusukan, tapi dari keberanian mengakui kesalahan dan bertindak benar. Maka, jika lembaga benar-benar ingin pulih dan menjaga marwahnya, satu langkah mendasar harus diambil: **meminta pelaku untuk mengundurkan diri secara permanen.**
Pengunduran diri bukanlah bentuk hukuman akhir, tetapi simbol tanggung jawab moral. Ini adalah pengakuan bahwa seseorang yang telah menyalahgunakan kuasa tidak lagi layak berada di posisi mendidik dan mengarahkan generasi. Tidak ada ruang untuk kompromi terhadap kekerasan seksual, terlebih di lembaga yang membawa nama agama.
Lebih jauh, lembaga harus menempuh jalur hukum dan memastikan bahwa kasus ini tidak berhenti pada skorsing/pemberhentian sementara. Sudah terlalu lama cara seperti ini dijadikan tameng, seolah-olah waktu akan menyembuhkan segalanya. Padahal yang dibutuhkan bukan waktu, tapi keadilan dan tindakan nyata.
Kita juga harus bertanya: siapa yang selama ini membiarkan pelaku tetap berkuasa? Siapa yang memilih diam meski tahu? Diam kita, kelambanan kita, dan keraguan kita untuk bersuara telah berkontribusi memperpanjang derita para korban.
Kita tidak bisa lagi hanya menyoroti pelaku. Kita harus menyoroti sistem yang membungkam, yang menganggap aib lebih penting daripada keadilan. Dan kita, sebagai masyarakat, alumni, wali santri, pengurus organisasi, harus berdiri bersama santriwati yang selama ini terpaksa diam. Kita harus menjadi suara bagi mereka.
Karena jika kita tidak bersikap hari ini, maka kita sedang membuka jalan bagi pemangsa lain untuk tumbuh di tempat yang sama. Dan itu adalah pengkhianatan terbesar terhadap amanah pendidikan dan kemanusiaan.